Selasa, 19 Juni 2012

KEIKHLASAN by Indah Puji Astuti

RAHASIA IKHLAS
IKHLAS diwajibkan dalam agama. Dengan keikhlasan, iman menjadi sempurna. IKhlas adalah inti dan penentu diterima - tidaknya suatu amal di sisi Yang Maha Kuasa. Amal tanpa ikhlas bagaikan kelapa tanpa isi, raga tanpa nyawa, pohon tanpa buah, awan tanpa hujan, anak tanpa garis keturunan, dan benih yang tidak tumbuh. Kelapa tanpa isi tidak berguna selain untuk bahn mainan anak - anak. Raga tanpa nyawa hanya pantas dikuburkan. Pohon tanpa buah hanya pantas dijadikan kayu bakar. Awan tanpa hujan tidak memberi manfaat bagi manusia. Seorang anak tanpa garis keturunan tidak berhak mendapat warisan. Dan benih yang tidak tumbuh hanya membuat mata petani terbelalak saat musim panen tiba.
Seorang bayi yang baru lahir dari rahim seorang ibu, ia berukuran satu jengkal saja, namun semua orang ingin mendekatinya. Hati mereka gembira menyambut kelahirannya. Keluarga dan tetangga bersukacita dengan kehadirannya. Besar harapan mereka bahwa keberkahan melimpahi tubuh mungil yang baru saja menjadi anggota baru di dunia ini. Seiring perjalan waktu, ia tumbuh menjadi manusia dewasa berhiaskan amal baik dan pekerti terpuji. Oranag - orang pun senang berada di sekitarnya, sedangkan binatang buas dan burubg - burung pemakan bangkai lari menghindarinya, akrena mereka tahu bahwa ia manusia bernyawa, beramal, dan berbudi luhur. Di akhirat nanti ia datang disambut pahala amal berlipat - lipat ganda. Ini hanya satu contoh tentang perbedaan antara amal berhiaskan ikhlas dan amal tanpa keikhlasan yaitu amal yang digerogoti bermacam - macam penyakit. 
Ada lima aspek ikhlas: 
  1. Ikhlas dalam arti pemurnian agama dari agama lain
  2. Ikhlas dalam arti pemurnian ajaran agama dari hawa nafsu dan ibadah
  3. Ikhlas dalam arti pemurnian amal dari bermacam - macam penyakit dan noda yang tersembunyi
  4. Ikhlas dalam arti pemurnian ucapan dari kata - kata tidak berguna 
  5. Ikhlas dalam arti pemurnian akhlak dengan mengikuti apa yang diridhoi Tuhan Sang Pemilik setiap jiwa.  
Ayok teman kita belajar dengan hati yang ikhlas,,,,Insyaalloh akan lebih menyenangkan,,,,, ';'


Add caption
(Sumber "The Secret of Ikhlas")

LAPORAN ASKEP 
MAKALAH TUTORIAL
KEPERAWATAN DASAR II
(KEBUTUHAN KENYAMANAN)
Pembimbing    : Tenti K
Disusun oleh   : Kelompok 2B2

1.      Divika Ariftya Dewi
9.    Harni Tri Astuti
2.      Dwiyani Syahning Prasetia
10.  Hera Nur Febiastuti
3.      Eka Fatmawati           
11.  Husnul Arifah Lasmawati
4.      Elina Ernawati
12.  Impiati Wahyuningrum
5.      Eva Aryandini
13.  Indah Permata Sari
6.      Fathul Azmi
14.  Indah Puji Astuti
7.      Fitri Lestari    
15.  Intan Pramuni
8.      Fitrianingsi









PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
SEMESTER GENAP TA 2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks asuhan keperawatan in, maka perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi perawat melalui intervensi keperawatan.
            Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan klien adalah nyeri. Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi dibidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri.
             Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri bersifat subyektifua kejad, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada seorang individu. Nyeri merupakan sumber penyebab frustasi, baik klien maupun bagi tenaga kesehatan. Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien diberbagai keadaan dan situasi yang memberikan intervensi untuk memberikan kenyamanan.
B.     Rumusan Masalah
1.    Jelaskan konsep dasar berbagai kebutuhan dasar kenyamanan dan masalah keperawatan!
2.      Jelaskan pengkajian :
a)    Secara holistik (biopsikososiculturspiritual) data-data pasien.
b)    Secara fokus pada area masalah yang dialami pasien.
c)    Mengidentifikasi dan membedakan data-data normal dan data-data patologis.
d)   Mengelompokkan data patalogis sesuai dengan gangguan kebutuhan dasar manusia     atau sesuai dengan sistem tubuh.
3.      Jelaskan cara merumuskan diagnosis keperawatan:
a)    Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai dengan analisis data yang didapat berdasarkan data objektif dan data subyektif yang tepat.
b)   Merumuskan diagnosis aktual, resiko, maupun wellness.
c)    Menentukan prioritas diagnosis keperawatan.
4.      Jelaskan tujuan keperawatan:
a)    Menentukan tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
b)    Menetapkan kriteria pencapaian tujuan.
5.      Jelaskan cara merencanakan tindakan  keperawatan:
a)    Menetapkan tindakan keperawatan yang tepat dalam mengatasi masalah.
b)   Menetapkan tindakan keperawatan yang mencakup tindakan observasi keperawatan, terapi keperawatan, pendidikan kesehatan, dan tindakan kolaborasi.
c)    Memberikan rasionalisasi dari setiap tindakan yang direncanakan.
6.      Jelaskan implemantasi tindakan keperawatan dengan melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan sesuai dengan standar prosedur!
7.      Jelaskan evaluasi tindakan keperawatan:
a)    Mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan atau melakukan tindakan lanjut asuhan keperawatan dengan metode evaluasi SOAP.
b)    Memodifikasi diagnosis keperawatan berdasarkan hasil evaluasi
C.     Metode Pembahasan
1.         Metode literature : membaca, mencari dan menerapkan data sesuai judul makalah.
2.         Metode induktif   : berfikir dan menerapkan berbagai fakta yang ada serta mengambil kesimpulan.
D.    Tujuan
1.    Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan didasari pada ilmu dan teknologi keperawatan serta etika dan aspek legal keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan / masalah keperawatan berbasis individu, keluarga dan masyarakat.
2.    Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan / masalah kesehatan dengan menggunakan tahapan proses asuhan keperawatan yang meliputi:
a.    Menjelaskan konsep dasar berbagai kebutuhan dasar dan masalah keperawatan.
b.    Melakukan pengkajian
c.    Merumuskan diagnosis keperawatan
d.   Menentukan tujuan keperawatan
e.    Merencanakan tindakan keperawatan
f.     Implementasi tindakan keperawatan
g.    Evaluasi tindakan keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN
1)        Konsep dasar berbagai kebutuhan kenyamanan manusia dan masalah keperawatan
A.    Pengertian Kenyamanan
            Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang mempemgaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subyektif klien. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentan sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri).
            Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu dalam upaya mengidentifikasi empat konteks kebutuhan kenyamanan:
§  Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
§  Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga dan social.
§  Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri, meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan.
§  Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia: cahaya, bunyi, temperature, warna dan unsure – unsur alamiah.
B.     Perawatan Peningkatan Kenyamanan
            Tanpa memperhatikan jenis terapi yang digunakan, kemampuan perawat untuk menujukkan kepeduliaan terhadap klien akan meningkatkan kenyamanan pada klien. Kolcaba menekankan pentingnya mengenal sifat rasa nyaman secara holistic. Rasa nyaman menyangkut segi fisik dan mental, sehingga tanggung jawab perawat tidak berakhir dengan perawatan fisik.
            Kompetensi perawat dalam mengembangkan hubungan interpersonal dengan klien berpusat pada kemampuan perawat membina dan mempertahankan hubungan peduli yang meyakinkan bahwa klien berharga. Seorang perawat yang terampilan dengan cepat mengomunikasikan rasa hormatnya pada klien, meningkatkan harga diri klien, dan memperoleh rasa percaya klien. Hal ini membuat klien merasa nyaman dan aman.
                  Nyeri dapat diminimalkan melalui perilaku yang peduli. Burnside mengatakan bahwa dua jenis sentuhan yang efektif bagi klien yaitu: sentuhan yang berorientasi tugas dan sentuhan afektif. Sentuhan yang berorientasi tugas terjadi saat perawat mengukur tekanan darah klien atau membantu klien berjalan. Sentuhan afektif bersifat kurang rutin dan ditujukan untuk menunjukkan rasa peduli, seperti mengusap punggung klien dengan lembut selama percakapan.
            Kesehatan holistik merupakan suatu kelangsungan kondisi kesejahteraan yang melibatkan upaya merawat diri sendiri secara fisik, upaya mengekspresikan emosi dengan benar dan efektif, dan upaya untuk menggunakan pikiran dengan konstruktif, upaya untuk secara kreatif terlibat dengan orang lain, dan upaya untuk memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Penggunaan pendekatan kesehatan holistic memberdayakan kapasitas dari individu dalam upaya mencapai kesembuhan dan mengembalikan tanggung jawab pemeliharaan kesehatan kepada individu. Kesehatan holistic merupakan lebih dari sekedar perawatan diri (misalnya: mempertahankan nutrisi yang baik, latihan fisik dan strategi koping).
            Sentuhan terapeutik, sebagian berasal dari praktik kuno “meletakkan tangan”. Pendekatan itu menyatakan bahwa pada individu yang sehat, terdapat equilibrium antara aliran energy di dalam dan di luar tubuh.
            Akupresur, memungkinkan alur energi yang terkongesi untuk meningkatkan kondisi yang lebih sehat. Perawat ahli terapi mempelajari alur energy atau meridian tubuh dan memberi tekanan pada titik- titik tertentu sepanjang alur.
            Relaksasi dan teknik imajinasi, klien dapat mengubah presepsi kognitif dan motivasi afektif dalam melakukan relaksasi dan teknik imajinasi. Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Efek relaksasi:
*      Penurunan nadi, tekanan darah dan pernafasan
*      Penurunan konsumsi oksigen
*      Penurunan tegangan otot
*      Penurunan kecepatan metabolisme
*      Peningkatan kesadaran global
*      Kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan
*      Tidak ada perubahan posisi yang volunteer
*      Perasaan damai dan sejahtera
*      Periode kewaspadaan yang santai, dan terjaga.
C.     Pengertian Nyeri
            Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
D.    Mekanisme Nyeri
            Nyeri merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia dan menggugah rasa ingin tahu para ahli. Begitu pula untuk menjelasakan bagaimana nyeri tersebut terjadi masih merupakan suatu misteri. Namun demikian ada beberapa teori yang menjelasakan mekanisme transmisi theory, the intensity theory, dan the gate control theory.
v  The specificity theory (teori spesifik)
            Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap indra perasa bersifat spesifik. Artinya, saraf sensoris dingin hanya dapat dirangsang oleh sensoris dingin, bukan oleh panas. Begitu pula dengan saraf sensoris lainnya.
Ada dua tipe serabut saraf yang menghantarkan stimulus nyeru yaitu serabut saraf tipe delta A dan serabut saraf tipe C.
            Perbedaan serabut saraf nyeri tipe delta A dan C
Serabut Saraf Tipe Delta A:
·         Daya hantar sinyal relatif  cepat
·         Bermielin halus dengan diameter 2-5 mm
·         Membawa rangsangan nyeri yang menusuk
·         Serabut saraf tipe ini berakhir di kornudorsalis dan lamina 1.

Serabut Saraf Tipe C:
·         Daya hantar sinyal lebih lambat
·         Tidak bermielin dengan diameter 0,4-1,2 mm
·         Membawa rangsangan nyeri terbakar dan tumpul
·         Serabut saraf tipe ini berakhir dilamina II, III, dan IV.

            Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau temperature yang berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus.
v  The Intencity Theory (teori intensitas)
            Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.
The Gate Control Theory (Teori Kontrol Pintu)
Kegiatannya bergantung pada aktivitas serat saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat mem
pengaruhi sel saraf di subtansia gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka”.
            Tetapi menurut penelitian terakhir, tidak ditemukan hambatan presinaptik. Hambatan oleh presinaptik pada serat berdiameter besar maupun kecil hanya terjadi bila serat tersebut dirangsang secara berturut-turut. Oleh karena tidak semua sel saraf di substansia gelatinosa menerima input konvergen  dari sel saraf besar maupun kecil baik yang membahayakan atau tidak, maka peranan control pintu ini menjadi tidak jelas.
E.     Fisiologi Nyeri
            Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut, yakni: resepsi, persepsi dan reaksi.
            Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam masa berwarna abu-abu dimedula  spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan korteks serebral. Sekali stimulus ini mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dalam pengetahuan yang selalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.
*    Resepsi, Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus termal, mekanik, kimiawi atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri. Otak dan alveoli paru merupakan contoh jaringan yang tidak menstransmisikan nyeri. Seiring dengan transmisi stimukus nyeri, tubuh mampu menyesuaikan diri atau memfariasikan resepsi nyeri. Terdapat serabut-serabut saraf di traktus spinotalamus yang berakhir di otak tengah, menstimulasi daerah tersebut untuk mengirim stimulus kembali kebawah kornu dorsalis di medulla spinalis. Serabut ini disebut system nyeri densenden, yang bekerja dengan melepaskan neuroregulator yang menghambat transmisi stimulus nyeri.
Faktor-faktor umum yang menganggu resepsi nyeri normal meliputi trauma, obat-obatan, pertumbuhan tulang dan gangguan metabolik.
*    Persepsi, Merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Stimulus nyeri di transmisikan naik ke medulla spinalis ke thalamus dan otak tengah. Dari thalamus, serabut mentransmisikan pesan nyeri berbagai area otak, termasuk kortek sensori dan kortek asosiasi, lobus frontalis dan system limbik.
*    Reaksi, Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisiologis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.  
F.     Faktor-Faktor Nyeri
*      Usia, merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
*      Jenis kelamin, secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri mempengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
*      Kebudayaan, keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi jarak individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.
G.    Karakteristik Nyeri
a)      Awitan dan Durasi
         Perawat mengajukan pertanyaan untuk menentukan awitan, durasi dan rangkaian nyeri.
Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama nyeri dirasakan? Apakah nyeri yang dirasa terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali
kambuh?
Mungkin lebih mudah untuk mendiagnosa sifat nyeri dengan mengidentifikasi faktor waktu.
b)      Lokasi
         Untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri.
c)      Keparahan
         Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang , atau parah . Namun, makna istilah-istilah tersebut berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.
         Skala pendeskripsi verbal merupakan sebuah garis yang berdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.
         Dalam hal ini , klien menilai dengan menggunakan skala 0-10.
Skala analog visual tidak melabel subdivisi. VAS merupakan satu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. VAS dapat merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitive karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.
d)     Kualitas
         Karakteristik subjektif nyeri yang lain adalah kualitas nyeri itu sendiri. Karena tidak terdapat perbendaharaan kata nyeri yang khusus atau umum, dalam penggunaan yang umum, kata-kata seorang klien pilih atau mendeskripsikan nyeri dapat diterapkan pada suatu hal dengan jumlah berapapun.
e)      Pola Nyeri
         Perawat meminta klien untuk mendeskripsikan aktivitas yang menyebabkan nyeri, seperti gerakan fisik, meminum kopi, atau urinasi. Perawat juga minta klien mendemontrasikan aktivitas yang menimbulakn respons nyeri.
f)      Tindakan untuk menghilangkan nyeri
         Cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri, seperti mengubah posisi, melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun-ayun,menggosok) makan, meditasi, atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres dingin atau kompres hangat.
Pengkajian atau faktor-faktor untuk menghilangkan nyeri juga harus mencangkup identifikasi para praktisi.
H.    Klasifikasi Nyeri
            Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.
a.       Nyeri berdasarkan tempatnya:
1)      Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit, mukosa.
2)      Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3)       Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4)      Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus, dll.
b.      Nyeri berdasarkan sifatnya:
1)      Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2)      Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3)      Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap kurang lebih 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
c.       Nyeri berdasarkan berat ringannya:
1)      Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
2)      Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulakn reaksi.
3)      Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
d.      Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan:
1)      Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jela s. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
2)      Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi  nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinnya rasa nyeri tersebut terus menerus terasa makin lama semakin meningkan intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena neoplasama.
I.       Efek Nyeri
Ø  Efek Perilaku. Apabila seorang klien mengalami nyeri, maka perawat mengkaji kata-kata yang diucapkan, respons vocal, gerakan wajah dan tubuh, serta interaksi sosial. Laporan verbal tentang nyeri merupakan bagian vital pada pengkajian. Perawat harus bersedia mendengarkan dan berusaha memahami klien. Banyak klien yang tidak mampu mengungkapkan secara verbal mengenai ketidaknyamanan, hal ini dikarenakan mereka tidak mampu berkomunikasi. Seorang bayi atau klien yang tidak sadar, disorientasi atau bingung, afasia, atau yang berbicara dengan bahasa asing tidak mampu menjelaskan nyeri yang dialaminya. Dalam kasus ini sangatlah penting bagi perawat untuk bersikap waspada terhadap perilaku klien yang mengindikasikan nyeri. Merintih, mendengkur, dan menangis merupakan contoh vokalisasi yang digunakan untuk mengekspresikan nyeri.
Ø  Pengaruh pada aktivitas sehari-hari. Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin. Pengkajian pada perubahan ini menunujukkan sejauh mana kemampuan dan proses penyesuaian klien diperlukan untuk membantunya berpartisipasi dalam perawatan diri. Perawat menanyakan klien apakah nyeri mengganggu tidurnya, Klien mungkin menemukan kesulitan untuk dapat jatuh tertidur. Pil tidur atau obat-obatan lain mungkin diperlukan untuk membantu klien untuk dapat jatuh tertidur. Pil tidur atau obat-obatan lain mungkin diperlukan untuk membantu klien untuk dapat jatuh tertidur. Nyeri dapat membangunkan klien selama malam hari dan membuat klien sulit kembali tidur. Apabila klien yang menderita kanker mengkonsumsi opioid untuk mengontrol nyeri, obat-obatan tersebut seringkali menyebabkan gangguan tidur.
J.      Penanganan Nyeri
a)         Distraksi, Mengalihkan klien dari nyeri. Teknik distraksi yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
ü  Bernafas lambat dan berirama secara teratur
ü  Menyanyikan berirama dan menghitung ketukannya
ü  Mendengarkan music
ü  Mendorong untuk berkhayal
ü  Pijatan
b)        Teknik Relaksasi, Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk dikursi. Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenik.
K.    Pengontrolan Nyeri











L.     Tanda dan Gejala Nyeri (fisik)
            Respon fisiologis terhadap nyeri dapat menunjukkan keberadaan dan sifat nyeri dan ancaman yang potensial terhadap kesejahteraan klien. Apabila klien merasakan nyeri, perawat harus mengkaji tanda-tanda vital, melakukan pemeriksaan fisik terfokus, dan mengobservasi keterlibatan sistem saraf otonom. Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan.
            Tidak ada suatu tingkatan atau ekstensi perubahan yang dapat diperkirakan dalam kondisi klien yang mengindikasikan nyeri. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan meningkat. Perawat membandingkan tanda-tanda vital dengan nilai dasar yang tercatat sebelum awitan nyeri. Perubahan tanda-tanda vital merupakan hal yang bermakna, tetapi perawat harus mempertimbangkan semua tanda dan gejala sebelum menetapkan bahwa nyeri merupakan penyebab perubahan tersebut.
M.   Gejala Penyerta Nyeri
            Gejala penyerta adalah gejala yang seringkali menyertai nyeri (misalnya mual, nyeri kepala, pusing, keinginan untuk miksi, konstipasi dan gelisah). Gejala penyerta memerlukan prioritas menanganan yang sama penting dengan nyeri itu sendiri.
N.    Lokasi Nyeri
Untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difus, meliputi beberapa tempat, atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
Dalam mencatat lokasi nyeri, perawat menggunakan titik-titik penanda anatomic dan peristilahan yang deskriptif. Pernyataan “Nyeri terdapat dikuadran abdomen kanan atas,” adalah pernyataan yang lebih spesifik dibanding “Klien menyatakan bahwa nyeri terasa di abdomen .” Nyeri yang diklasifikasi menurut lokasi, mungkin superficial atau kutaneus, dalam atau visceral, atau teralih atau meradiasi.
O.    Indikator Nyeri
            Haryword (1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri dengan skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk keadaan tanpa nyeri)dan ujung lainnya tercantum nilai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat).Untuk mengukurnya,penderita mmilih salah satu bilangan yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia rasakan,dan nilai ini dapat di catat pada sebuah grafik yang di buatmenurut waktu.Intensitas nyeri ini sifatnya subyektif dan dipengaruhi oleh banyak hal,seperti tingkat kesadaran,kosentrasi,jumlah distraksi,tingkat aktifitas,dan harapan keluarga.
Skala
Keterangan
0
Tidak nyeri
1 - 3
Nyeri ringan
4 - 6
Nyeri sedang
7 - 9
Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa dilakukan
10
Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol


2)        Pengkajian
a)    Secara holistic, meliputi biologi, psikologi, sosial, cultural, dan spiritual yaitu: Data Biologi (yang ada) :
Nama                           : Ibu Yeni
 Umur                          : 27 th
Jenis Kelamin              : Perempuan
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : SMP
Denyut Nadi               : 90x/ menit
Tekanan Darah            : 120/80 mmHg
Frekuensi Nafas          : 24 x/ menit
Suhu                            : 37,5O C
Nyeri di bagian perut, pasien tersebut post op apendixitis, wajah tampak meringis menahan nyeri sambil tangan memegang perut, pemeriksaan skala nyeri pada angka 5.
b)   Masalah yang dialami klien yaitu Nyeri Akut
c)    Mengidentifikasi data – data normal dan patologis
Data Normal
Data Patologis
Keterangan
ü  Nadi ( 90 x/ menit )
ü  Tekanan Darah (120/ 80 mmHg)
ü  Suhu 37,50C
ü  Frekuensi Nafas (24x/menit)

-          Nadi normal 70-100x/menit
-          Tekanan darah normal untuk usia dewasa 120/80 mmHg.
-          Untuk normal suhu 36 - 37, 5 0C.
-          Untuk frekuensi nafas terlalu cepat, normal 16- 20 x/ menit.




3)        Diagnosa Keperawatan
No.
Hari/ Tgl
Sign & Symptom
Etiologi
Problem
1.
Sabtu/ 09 Juni 2012
Data Subjektif:
§  Mengeluh nyeri di bagian perut
§  Pemeriksaan skala nyeri mengatakan nyeri pada angka 5
Agens cedera  fisik
Nyeri Akut
Data Objektif:
§  Pasien post op apendixitis
§  Wajah tampak meringis menahan nyeri sambil tangan memegang perut
§  Nadi: 90x /menit
§  TD: 120/80 mmHg
§  R: 24x /menit
§  Suhu: 37,50C

Keterangan:
P + E + S              :
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik ditandai dengan:
Data objektif: Pasien post op apendixitis, wajah tampak meringis menahan nyeri sambil tangan memegang perut, nadi: 90x /menit, TD: 120/80 mmHg, R: 24x /menit, Suhu: 37,50C
Data Subjektif: Mengeluh nyeri di bagian perut, pemeriksaan skala nyeri mengatakan nyeri pada angka 5.

4)        Tujuan Keperawatan

Tujuan Jangka Panjang
Tujuan Jangka Pendek
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama 8x24 jam diharapkan :
1.      Kontrol nyeri, dengan kriteria:
Rasa nyeri pada klien sudah hilang, tidak meringis dan sembuh.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama 4x24 jam diharapkan :
1.      Kontrol nyeri, dengan kriteria:
 Mengenali munculnya rasa nyeri dengan klien tidak merasa nyeri, wajah tidak tampak meringis dan tingkatan nyeri pada angka 0.

5)        Tindakan Keperawatan
Format Perencanaan Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik ditandai dengan:
Data objektif: Pasien post op apendixitis, wajah tampak meringis menahan nyeri sambil tangan memegang perut, nadi: 90x /menit, TD: 120/80 mmHg, R: 24x /menit, Suhu: 37,50C
Data Subjektif: Mengeluh nyeri di bagian perut, pemeriksaan skala nyeri mengatakan nyeri pada angka 5.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama 4x24 jam diharapkan :
1.    Respon nyeri, dengan kriteria:
ü Cemas (4)
ü  Sedih (5)
ü  Tak berdaya (4)
ü  Nyeri tertahan (4)
2.    Kontrol nyeri, dengan kriteria:
ü  Mengenali munculnya rasa nyeri (5)
ü  Faktor penyebab (5)
ü  Tindakan pencegahan (5)
3.    Gangguan nyeri, dengan kriteria:
ü  Hubungan interpersonal (4)
ü  Tidur (4)
ü  Eliminasi (5)
ü  Nafsu makan (4)
4.      Tingkatan nyeri:
ü  Expresi nyeri (5)
ü  Meringis (5)
ü  Nafas (5)
ü  Tekanan darah (5)
1.     Pain Management
§  Lakukan pngkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Supaya perawat melakukan pengkajian lebih tepat, agar perawat tidak salah menentukan letak nyeri , agar lebih fokus pada bagian nyeri , agar tahu tingkat nyeri atau skala nyeri.
§  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, interpersona)
Cepat dan tepat dalam mengatasi rasa nyeri.



§  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Agar dapat mengurangi nyeri pada tingkat atau skala yang nyaman, terutama lewat daya kerjanya atas sistem saraf sentral.
§  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
Agar dapat mengatur suhu ruangan senyaman mungkin, untuk meminimalisir rasa nyeri.
§  Gunakan terapi musik untuk mengurangi rasa  nyeri.
 Untuk mengurangi persepsi pasien tentang rasa nyeri dan mengubah respon pasien terhadap rasa sakit.
§  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
Melakukan konseling dukungan supaya nyeri dapat teratasi atau membantu mengantisipasi keadaan pasien.
§  Mempertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri.
Supaya mengetahui kebiasaan kehidupan sehari-hari pasien.
§  Mempertimbangkan jenis dan sumber rasa sakit ketika memilih strategi nyeri.
Supaya tidak salah dalam menentukan strategi untuk mengatasi nyeri.
§  Memberitahu istirahat yang cukup / tidur untuk bantuan fasilitator sakit.
Supaya energi tercukupi dan mengurangi tingkat rasa nyeri.

§  Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Supaya nyeri yang timbul tiba- tiba bisa teratasi dengan cepat dan tepat.


6)        Implementasi Tindakan Keperawatan dan Evaluasi
Format Implementasi
No.
Diagnosa Keperawatan
Hari/Tgl
Waktu
Implementasi
Evaluasi

1.
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik ditandai dengan:
Data objektif: Pasien post op apendixitis, wajah tampak meringis menahan nyeri sambil tangan memegang perut, nadi: 90x /menit, TD: 120/80 mmHg, R: 24x /menit, Suhu: 37,50C
Data Subjektif: Mengeluh nyeri di bagian perut, pemeriksaan skala nyeri mengatakan nyeri pada angka 5.
Sabtu / 09 Juni 2012
14.00
Melakukan pngkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
S = Pasien mengatakan nyeri pada angka 2.

15.00
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri (aspirin, opioid, paracetamol)
O =
 Nyeri pasien pada angka 2,
N : 93x/m, TD : 120/80 mmHg, T :37,5oC, F : 21x/m.

15.30
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan (membuka jendela, menutup pintu dan tirai, lampu yang terang dan AC sedang)
A: Defisit asuhan keperawatan terpenuhi sebagian :
Nyeri pada angka 2, Nadi normal 120/80 mmHg, Suhu 37,50C.

16.00
Gunakan terapi musik untuk mengurangi rasa  nyeri(menoton TV, mendengarkan music lewat headsheat)

17.00
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.

18.00
Mempertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri (kebiasaan klien sepeti memberi pijitan, minyak kayu putih dan sejenisnya)

19.00
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.

20.00
Memberitahu istirahat yang cukup / tidur untuk bantuan fasilitator sakit(dengan tidur yang cukup)

P =
v Lakukan pngkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
v Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
v Gunakan terapi musik untuk mengurangi rasa  nyeri.
v Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Kenyamanan merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup, terutama manusia. Rasa yang tidak nyaman akan menimbulkan rasa cemas, gelisah dan tidak tenang. Ketika sakit, seorang klien sangat membutuhkan rasa kenyamanan.
            Nyeri bersifat sujektif dan sangat individual. Rasa nyeri timbul karena faktor fisiologi dari tubuh yang terganggu. Seseorang yang mengalami nyeri sikap dan sifat akan berubah akibat rasa yang sedang dirasakan. Oleh karena itu, klien yang sedang mengalami rasa nyeri, apalagi nyeri yang sudah level tinggi, klien sangat membutuhkan kenyamanan untuk kesembuhan atau hilangnya rasa nyeri tersebut.
  1. Kritik dan Saran
                 Pencapaian-pencapaian yang telah kami capai tersebut bukanlah akhir dari aktivitas  pengembangan pengetahuan dalam belajar. Beberapa pencapaian masih diadopsi secara terbatas, oleh karena itu kami selaku penyusun masih banyak kekurangan dari segi pembahasan, penyusunan dan pencapaian. Untuk itu kami meminta bantuan kelengkapan dari makalah yang kami susun, terutama dari pembimbing dan pembaca.
 
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. 6th .edition
Nanda Diagnosis
Nursing Intervention Classification
Wilkinson (2000). prentice Hall Nursing diahnosis Handbook with NIC intervention and NOC outcomes.
Tarwoto dan Wartonah, Kebutuhan dasar Manusia dan Proses Keperawatan,Jakarta: Salemba Medika, Edisi Empat.
Asmadi (2008), Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien: Jakarta, Salemba Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar