A.
Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Asma
merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus
oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luar saluran
nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau
dengan pengobatan (Buku Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI).
Asthma
Bronchiale adalah penyakit yang mempunyai karakteristik dengan peningkatan
respon trakhea dan bronkus dengan berbagai macam stimulasi: psikologis, otonom,
infeksi, endokrin, kekebalan imun dan biokimia. (Nancy Holloway Medical,
Surgical Nursing Care Plan).
2. Anatomi
Fisiologi
Sistem
pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang mengantarkan udara
luas agar bersentuhan dengan membran-membran kapiler alveoli paru. Saluran
penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, pharing, laring,
bronkus dan bronkioulus yang dilapisi oleh membran mukosa bersilia.
a. Hidung
Ketika udara masuk ke rongga hidung
udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel-partikel yang
kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat di dalam hidung, sedangkan
partikel halus akan dijerat dalam lapisan mukosa, gerakan silia mendorong
lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung dan ke superior di dalam
saluran pernafasan bagian bawah.
b. Pharing
Merupakan tempat persimpangan antara
jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher.
Hubungan
pharing dengan rongga-rongga lain: ke atas berhubungan dengan rongga hidung
dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan
rongga mulut. Tempat hubungan ini bernama istmus fausium lubang esophagus.
Di
bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat
folikel getah bening. Perkumpulan getah bening dinamakan adenoid. Di sebelahnya
terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang
terdapat epiglotis (empang tengkorak) yang berfungsi menutup laring pada waktu
menelan makanan.
Rongga
tekak dibagi menjadi 3 bagian:
·
Bagian sebelah atas yang sama
tingginya dengan koana disebut nasofaring.
·
Bagian tengah yang sama tingginya
dengan istmus fausium disebut orofaring.
·
Bagian bawah skali dinamakan
laringofaring.
c. Laring
Laring
terdiri dari satu seri cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot pita
suara. Laring dianggap berhubungan dengan fibrasi tetapi fungsinya sebagai
organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan laring akan bergerak ke
atas glotis menutup.
Alat
ini berperan untuk membimbing makanan dan cairan masuk ke dalam esophagus
sehingga kalau ada benda asing masuk
sampai di luar glotis maka laring mempunyai fungsi batuk yang membantu
benda dan sekret dari saluran inspirasi bagian bawah.
d. Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang
yang fungsinya untuk mempertahankan oagar trakea tatap terbuka. Trakea dilapisi
oleh lendir yang terdiri atas epitelium bersilia, jurusan silia ini bergerak
jalan ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir halus yang
turut masuk bersama dengan pernafasan dapat dikeluarkan.
e. Bronkus
Dari trakea udara masuk ke dalam
bronkus. Bronkus memiliki percabangan yaitu bronkus utama kiri dan kanan yang
dikenal sebagai karina. Karina memiliki syaraf yang menyebabkan bronkospasme
dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus utama kiri dan kanan tidak
simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar yang arahnya hampir
vertikal, sebalinya bronkus ini lebih panjang dan lebih sempit. Cabang utama
bronkus bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian segmentalis.
Percabangan ini berjalan terus dan menjadi bronkiolus terminalis yaitu saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveoli.
f. Bronkiolus
Saluran udara ke bawah sampai
tingkat bronkiolus terminalis merupakan saluran penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkiolus
respiratorik, duktus alveolaris, sakus alveolaris terminalis, alveolus
dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh dinding septus atau septum.
Alveolus
dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfaktan yang dapat mengurangi
tegangan pertukaran dalam mengurangi resistensi pengembangan pada waktu
inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada ekspirasi.
Peredaran
Darah Paru-Paru
Paru-paru mendapat dua sumber suplai
darah yaitu dari arteri bronkialis (berasal dari aorta thorakhalis dan berjalan
sepanjang dinding posterior bronkus) dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial
menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sitemik dan berfungsi memenuhi
kebutuhan metabolisme paru.
Vena bronkialis besar bermuara pada vena cava superior dan
mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan
mengalirkan darah ke vena pulmonalis. Arteri pulmonalis yang berasal dari
ventrikel kanan jantung mengalirkan darah vena campuran ke paru-paru. Di
paru-paru terjadi pertukaran gas antara alveoli dan darah, darah yang
teroksigenasi dikembalikan ke ventrikel kiri jantung melalui vena pulmonalis,
yang selanjutnya membagikannya melalui sirkulasi sistemik ke seluruh tubuh.
Proses Pernafasan dipengaruhi oleh:
Ventilasi :
pergerakan mekanik udara dari dan ke paru-paru
Perfusi : distribusi oksigen oleh darah ke seluruh
pembuluh darah di paru-paru.
Difusi : pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara alveoli dan kapiler paru.
Transportasi : pengangkutan O2-CO2
yang berperan pada sistem cardiovaskuler.
3. Etiologi
·
Faktor Ekstrinsik
Ditemukan
pada sejumlah kecil pasien dewasa dan disebabkan oleh alergen yang diketahui
karena kepekaan individu, biasanya protein, dalam bentuk serbuk sari yang
hidup, bulu halus binatang, kain pembalut atau yang lebih jarang terhadap
makanan seperti susu atau coklat, polusi.
·
Faktor Intrinsik
Faktor ini sering tidak ditemukan
faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor-faktor non spefisik seperti flu
biasa, latihan fisik atau emosi dapat memicu serangan asma. Asma instrinsik ini
lebih biasanya karena faktor keturunan dan juga sering timbul sesudah usia 40
tahun. Dengan serangan yang timbul sesudah infeksi sinus hidung atau pada
percabangan trakeobronchial.
4. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus revesible yang
disebabkan oleh satu atau lebih dari faktor berikut ini.
1.
Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi yang menyempitkan jalan nafas.
2. Pembengkakan membran yang
melapisi bronchi.
3. Pengisian bronchi dengan
mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronchial dan kelenjar membesar.
Sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflamasi dengan
udara terperangkap di dalam paru.
Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel
mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen
dengan antibodi menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (mediator) seperti:
histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari suptamin yang
bereaksi lambat.
5. Tanda
dan Gejala
Gejala asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie
(wheezing) dan sebagian penderita disertai nyeri dada). Gejala-gejala tersebut
tidak selalu terdapat bersama-sama, sehingga ada beberapa tingkat penderita
asma sebagai berikut:
· Tingkat I penderita asma secara klinis normal. Gejala asma
timbul bila ada faktor pencetus.
·
Tingkat II penderita asma tanpa
keluhan dan tanpa kelainan pada pemeriksaan fisik tetapi fungsi paru menunjukan
tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
·
Tingkat III penderita asma tanpa
golongan tetapi pada pemeriksaan fisik maupun fungsi paru menunjukan obstruksi
jalan nafas.
Pada
serangan asma yang berat gejala yang timbul antara lain:
a. Kompresi otot-otot
bantu pernafasan terutama otot sterna.
b. Cyanosis
c. Silent chest
d. Gangguan kesadaran
e. Penderita tampak
letih, hiperinflasi dada
f. Thacycardi
·
Tingkat V status asmatikus yaitu
serangan asma akut yang berat bersifat refrater sementara terhadap pengobatan
yang langsung dipakai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar