RAHASIA IKHLAS
IKHLAS diwajibkan dalam agama. Dengan keikhlasan, iman menjadi sempurna. IKhlas adalah inti dan penentu diterima - tidaknya suatu amal di sisi Yang Maha Kuasa. Amal tanpa ikhlas bagaikan kelapa tanpa isi, raga tanpa nyawa, pohon tanpa buah, awan tanpa hujan, anak tanpa garis keturunan, dan benih yang tidak tumbuh. Kelapa tanpa isi tidak berguna selain untuk bahn mainan anak - anak. Raga tanpa nyawa hanya pantas dikuburkan. Pohon tanpa buah hanya pantas dijadikan kayu bakar. Awan tanpa hujan tidak memberi manfaat bagi manusia. Seorang anak tanpa garis keturunan tidak berhak mendapat warisan. Dan benih yang tidak tumbuh hanya membuat mata petani terbelalak saat musim panen tiba.
Seorang bayi yang baru lahir dari rahim seorang ibu, ia berukuran satu jengkal saja, namun semua orang ingin mendekatinya. Hati mereka gembira menyambut kelahirannya. Keluarga dan tetangga bersukacita dengan kehadirannya. Besar harapan mereka bahwa keberkahan melimpahi tubuh mungil yang baru saja menjadi anggota baru di dunia ini. Seiring perjalan waktu, ia tumbuh menjadi manusia dewasa berhiaskan amal baik dan pekerti terpuji. Oranag - orang pun senang berada di sekitarnya, sedangkan binatang buas dan burubg - burung pemakan bangkai lari menghindarinya, akrena mereka tahu bahwa ia manusia bernyawa, beramal, dan berbudi luhur. Di akhirat nanti ia datang disambut pahala amal berlipat - lipat ganda. Ini hanya satu contoh tentang perbedaan antara amal berhiaskan ikhlas dan amal tanpa keikhlasan yaitu amal yang digerogoti bermacam - macam penyakit.
Ada lima aspek ikhlas:
- Ikhlas dalam arti pemurnian agama dari agama lain
- Ikhlas dalam arti pemurnian ajaran agama dari hawa nafsu dan ibadah
- Ikhlas dalam arti pemurnian amal dari bermacam - macam penyakit dan noda yang tersembunyi
- Ikhlas dalam arti pemurnian ucapan dari kata - kata tidak berguna
- Ikhlas dalam arti pemurnian akhlak dengan mengikuti apa yang diridhoi Tuhan Sang Pemilik setiap jiwa.
Ayok teman kita belajar dengan hati yang ikhlas,,,,Insyaalloh akan lebih menyenangkan,,,,, ';'
LAPORAN ASKEP
MAKALAH
TUTORIAL
KEPERAWATAN
DASAR II
(KEBUTUHAN
KENYAMANAN)
Pembimbing : Tenti K
Disusun
oleh : Kelompok 2B2
1.
Divika Ariftya Dewi
|
9. Harni
Tri Astuti
|
2. Dwiyani
Syahning Prasetia
|
10. Hera Nur Febiastuti
|
3. Eka
Fatmawati
|
11. Husnul
Arifah Lasmawati
|
4. Elina
Ernawati
|
12. Impiati
Wahyuningrum
|
5. Eva
Aryandini
|
13. Indah
Permata Sari
|
6. Fathul
Azmi
|
14. Indah Puji Astuti
|
7. Fitri
Lestari
|
15. Intan Pramuni
|
8. Fitrianingsi
|
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES
‘AISYIYAH YOGYAKARTA
SEMESTER
GENAP TA 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap individu membutuhkan rasa
nyaman. Kebutuhan rasa nyaman dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Ada yang
mempersepsikan bahwa hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada juga
yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks asuhan
keperawatan in, maka perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman.
Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi perawat melalui intervensi
keperawatan.
Kondisi yang menyebabkan
ketidaknyamanan klien adalah nyeri. Setiap individu pernah mengalami
nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang
mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang
paling sering terjadi dibidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling
sedikit dipahami. Individu merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan
mencari upaya untuk menghilangkan nyeri.
Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk
menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat
atau merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri bersifat subyektifua kejad,
tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua
kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada
seorang individu. Nyeri merupakan sumber penyebab frustasi, baik klien maupun
bagi tenaga kesehatan. Perawat memberi
asuhan keperawatan kepada klien diberbagai keadaan dan situasi yang memberikan
intervensi untuk memberikan kenyamanan.
B. Rumusan
Masalah
1. Jelaskan
konsep dasar berbagai kebutuhan dasar kenyamanan dan masalah keperawatan!
2. Jelaskan
pengkajian :
a)
Secara holistik
(biopsikososiculturspiritual) data-data pasien.
b)
Secara fokus pada area
masalah yang dialami pasien.
c)
Mengidentifikasi dan
membedakan data-data normal dan data-data patologis.
d)
Mengelompokkan data
patalogis sesuai dengan gangguan kebutuhan dasar manusia atau
sesuai dengan sistem
tubuh.
3. Jelaskan
cara merumuskan diagnosis keperawatan:
a)
Merumuskan diagnosis
keperawatan sesuai dengan analisis data yang didapat berdasarkan data objektif
dan data subyektif yang tepat.
b)
Merumuskan diagnosis aktual,
resiko, maupun wellness.
c)
Menentukan prioritas
diagnosis keperawatan.
4. Jelaskan
tujuan keperawatan:
a)
Menentukan tujuan
jangka panjang dan jangka pendek.
b) Menetapkan
kriteria pencapaian tujuan.
5. Jelaskan
cara merencanakan tindakan keperawatan:
a)
Menetapkan tindakan
keperawatan yang tepat dalam mengatasi masalah.
b)
Menetapkan tindakan
keperawatan yang mencakup tindakan observasi keperawatan, terapi keperawatan,
pendidikan kesehatan, dan tindakan kolaborasi.
c)
Memberikan rasionalisasi
dari setiap tindakan yang direncanakan.
6. Jelaskan
implemantasi tindakan keperawatan dengan melaksanakan tindakan keperawatan yang
telah direncanakan sesuai dengan standar prosedur!
7. Jelaskan
evaluasi tindakan keperawatan:
a)
Mengevaluasi asuhan
keperawatan yang diberikan atau melakukan tindakan lanjut asuhan keperawatan
dengan metode evaluasi SOAP.
b)
Memodifikasi diagnosis
keperawatan berdasarkan hasil evaluasi
C. Metode
Pembahasan
1.
Metode literature :
membaca, mencari dan menerapkan data sesuai judul makalah.
2.
Metode induktif :
berfikir dan menerapkan berbagai fakta yang ada serta mengambil kesimpulan.
D. Tujuan
1.
Mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan didasari pada ilmu dan
teknologi keperawatan serta etika dan aspek legal keperawatan pada pasien yang
mengalami gangguan / masalah keperawatan berbasis individu, keluarga dan
masyarakat.
2.
Mahasiswa mampu
melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan / masalah
kesehatan dengan menggunakan tahapan proses asuhan keperawatan yang meliputi:
a.
Menjelaskan konsep
dasar berbagai kebutuhan dasar dan masalah keperawatan.
b.
Melakukan pengkajian
c.
Merumuskan diagnosis
keperawatan
d.
Menentukan tujuan
keperawatan
e.
Merencanakan tindakan
keperawatan
f.
Implementasi tindakan
keperawatan
g.
Evaluasi tindakan
keperawatan
BAB
II
PEMBAHASAN
1)
Konsep dasar
berbagai kebutuhan kenyamanan manusia dan masalah keperawatan
A.
Pengertian
Kenyamanan
Kenyamanan
adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep kenyamanan memiliki
subjektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik
fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan
yang mempemgaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri. Kolcaba
mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subyektif
klien. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan
sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan
ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan
telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentan sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri).
Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu dalam upaya
mengidentifikasi empat konteks kebutuhan kenyamanan:
§ Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
§ Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga dan
social.
§ Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan
internal dalam diri sendiri, meliputi harga diri, seksualitas dan makna
kehidupan.
§ Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang
pengalaman eksternal manusia: cahaya, bunyi, temperature, warna dan unsure – unsur
alamiah.
B. Perawatan
Peningkatan Kenyamanan
Tanpa memperhatikan jenis terapi yang digunakan,
kemampuan perawat untuk menujukkan kepeduliaan terhadap klien akan meningkatkan
kenyamanan pada klien. Kolcaba menekankan pentingnya mengenal sifat rasa nyaman
secara holistic. Rasa nyaman menyangkut segi fisik dan mental, sehingga
tanggung jawab perawat tidak berakhir dengan perawatan fisik.
Kompetensi perawat dalam mengembangkan hubungan
interpersonal dengan klien berpusat pada kemampuan perawat membina dan
mempertahankan hubungan peduli yang meyakinkan bahwa klien berharga. Seorang
perawat yang terampilan dengan cepat mengomunikasikan rasa hormatnya pada
klien, meningkatkan harga diri klien, dan memperoleh rasa percaya klien. Hal
ini membuat klien merasa nyaman dan aman.
Nyeri dapat diminimalkan
melalui perilaku yang peduli. Burnside mengatakan bahwa dua jenis sentuhan yang
efektif bagi klien yaitu: sentuhan yang berorientasi tugas dan sentuhan
afektif. Sentuhan yang berorientasi tugas terjadi saat perawat mengukur tekanan
darah klien atau membantu klien berjalan. Sentuhan afektif bersifat kurang
rutin dan ditujukan untuk menunjukkan rasa peduli, seperti mengusap punggung
klien dengan lembut selama percakapan.
Kesehatan holistik merupakan suatu kelangsungan kondisi kesejahteraan
yang melibatkan upaya merawat diri sendiri secara fisik, upaya mengekspresikan
emosi dengan benar dan efektif, dan upaya untuk menggunakan pikiran dengan
konstruktif, upaya untuk secara kreatif terlibat dengan orang lain, dan upaya
untuk memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Penggunaan pendekatan kesehatan
holistic memberdayakan kapasitas dari individu dalam upaya mencapai kesembuhan
dan mengembalikan tanggung jawab pemeliharaan kesehatan kepada individu.
Kesehatan holistic merupakan lebih dari sekedar perawatan diri (misalnya:
mempertahankan nutrisi yang baik, latihan fisik dan strategi koping).
Sentuhan
terapeutik, sebagian berasal dari praktik kuno “meletakkan tangan”. Pendekatan
itu menyatakan bahwa pada individu yang sehat, terdapat equilibrium antara
aliran energy di dalam dan di luar tubuh.
Akupresur,
memungkinkan alur energi yang terkongesi untuk meningkatkan kondisi yang lebih
sehat. Perawat ahli terapi mempelajari alur energy atau meridian tubuh dan memberi
tekanan pada titik- titik tertentu sepanjang alur.
Relaksasi
dan teknik imajinasi, klien dapat mengubah presepsi kognitif dan motivasi
afektif dalam melakukan relaksasi dan teknik imajinasi. Relaksasi merupakan
kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi
memberikan individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,
stress fisik dan emosi pada nyeri. Efek relaksasi:
Penurunan nadi,
tekanan darah dan pernafasan
Penurunan
konsumsi oksigen
Penurunan
tegangan otot
Penurunan
kecepatan metabolisme
Peningkatan
kesadaran global
Kurang perhatian
terhadap stimulus lingkungan
Tidak ada
perubahan posisi yang volunteer
Perasaan damai
dan sejahtera
Periode
kewaspadaan yang santai, dan terjaga.
C.
Pengertian
Nyeri
Nyeri
merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri
yang dialaminya.
D.
Mekanisme Nyeri
Nyeri
merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia dan menggugah rasa ingin tahu para
ahli. Begitu pula untuk menjelasakan bagaimana nyeri tersebut terjadi masih
merupakan suatu misteri. Namun demikian ada beberapa teori yang menjelasakan
mekanisme transmisi theory, the intensity
theory, dan the gate control theory.
v The specificity theory
(teori spesifik)
Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap indra perasa bersifat spesifik. Artinya, saraf sensoris dingin hanya dapat dirangsang oleh sensoris dingin, bukan oleh panas. Begitu pula dengan saraf sensoris lainnya.
Ada dua tipe serabut saraf yang menghantarkan stimulus nyeru yaitu serabut saraf tipe delta A dan serabut saraf tipe C.
Perbedaan serabut saraf nyeri tipe delta A dan C
Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap indra perasa bersifat spesifik. Artinya, saraf sensoris dingin hanya dapat dirangsang oleh sensoris dingin, bukan oleh panas. Begitu pula dengan saraf sensoris lainnya.
Ada dua tipe serabut saraf yang menghantarkan stimulus nyeru yaitu serabut saraf tipe delta A dan serabut saraf tipe C.
Perbedaan serabut saraf nyeri tipe delta A dan C
Serabut Saraf Tipe Delta A:
·
Daya hantar sinyal relatif
cepat
·
Bermielin halus dengan diameter 2-5 mm
·
Membawa rangsangan nyeri yang menusuk
·
Serabut saraf tipe ini berakhir di kornudorsalis dan
lamina 1.
|
Serabut Saraf Tipe C:
·
Daya hantar sinyal lebih lambat
·
Tidak bermielin dengan diameter 0,4-1,2 mm
·
Membawa rangsangan nyeri terbakar dan tumpul
·
Serabut saraf tipe ini berakhir dilamina II, III, dan IV.
|
Menurut
teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan
ujung-ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau
temperature yang berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf
nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus.
v The Intencity Theory
(teori intensitas)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.
The Gate Control Theory
(Teori Kontrol Pintu)
Kegiatannya bergantung pada aktivitas serat saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat mempengaruhi sel saraf di subtansia gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka”.
Tetapi menurut penelitian terakhir, tidak ditemukan hambatan presinaptik. Hambatan oleh presinaptik pada serat berdiameter besar maupun kecil hanya terjadi bila serat tersebut dirangsang secara berturut-turut. Oleh karena tidak semua sel saraf di substansia gelatinosa menerima input konvergen dari sel saraf besar maupun kecil baik yang membahayakan atau tidak, maka peranan control pintu ini menjadi tidak jelas.
Kegiatannya bergantung pada aktivitas serat saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat mempengaruhi sel saraf di subtansia gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka”.
Tetapi menurut penelitian terakhir, tidak ditemukan hambatan presinaptik. Hambatan oleh presinaptik pada serat berdiameter besar maupun kecil hanya terjadi bila serat tersebut dirangsang secara berturut-turut. Oleh karena tidak semua sel saraf di substansia gelatinosa menerima input konvergen dari sel saraf besar maupun kecil baik yang membahayakan atau tidak, maka peranan control pintu ini menjadi tidak jelas.
E.
Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan
campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami
pengalaman nyeri akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis
berikut, yakni: resepsi, persepsi dan reaksi.
Stimulus
penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai didalam masa berwarna abu-abu dimedula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat
berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga
tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan korteks serebral. Sekali
stimulus ini mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas
nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dalam pengetahuan yang selalu
serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.
Resepsi, Semua kerusakan
selular, yang disebabkan oleh stimulus termal, mekanik, kimiawi atau stimulus
listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri. Otak dan
alveoli paru merupakan contoh jaringan yang tidak menstransmisikan nyeri.
Seiring dengan transmisi stimukus nyeri, tubuh mampu menyesuaikan diri atau
memfariasikan resepsi nyeri. Terdapat serabut-serabut saraf di traktus
spinotalamus yang berakhir di otak tengah, menstimulasi daerah tersebut untuk
mengirim stimulus kembali kebawah kornu dorsalis di medulla spinalis. Serabut
ini disebut system nyeri densenden, yang bekerja dengan melepaskan
neuroregulator yang menghambat transmisi stimulus nyeri.
Faktor-faktor umum yang menganggu resepsi nyeri normal
meliputi trauma, obat-obatan, pertumbuhan tulang dan gangguan metabolik.
Persepsi, Merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Stimulus
nyeri di transmisikan naik ke medulla spinalis ke thalamus dan otak tengah.
Dari thalamus, serabut mentransmisikan pesan nyeri berbagai area otak, termasuk
kortek sensori dan kortek asosiasi, lobus frontalis dan system limbik.
Reaksi, Reaksi terhadap nyeri merupakan respon
fisiologis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.
F.
Faktor-Faktor Nyeri
Usia, merupakan variabel
penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan
perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
Jenis kelamin, secara umum, pria dan
wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri. Toleransi
nyeri sejak lama telah menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan
wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri mempengaruhi oleh faktor-faktor
biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan
jenis kelamin.
Kebudayaan, keyakinan dan
nilai-nilai budaya mempengaruhi jarak individu mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.
G.
Karakteristik
Nyeri
a) Awitan
dan Durasi
Perawat mengajukan pertanyaan untuk menentukan awitan, durasi dan rangkaian nyeri.
Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama nyeri dirasakan? Apakah nyeri yang dirasa terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali kambuh?
Mungkin lebih mudah untuk mendiagnosa sifat nyeri dengan mengidentifikasi faktor waktu.
Perawat mengajukan pertanyaan untuk menentukan awitan, durasi dan rangkaian nyeri.
Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama nyeri dirasakan? Apakah nyeri yang dirasa terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali kambuh?
Mungkin lebih mudah untuk mendiagnosa sifat nyeri dengan mengidentifikasi faktor waktu.
b) Lokasi
Untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri.
Untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri.
c) Keparahan
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang , atau parah . Namun, makna istilah-istilah tersebut berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.
Skala pendeskripsi verbal merupakan sebuah garis yang berdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini , klien menilai dengan menggunakan skala 0-10.
Skala analog visual tidak melabel subdivisi. VAS merupakan satu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. VAS dapat merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitive karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang , atau parah . Namun, makna istilah-istilah tersebut berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.
Skala pendeskripsi verbal merupakan sebuah garis yang berdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini , klien menilai dengan menggunakan skala 0-10.
Skala analog visual tidak melabel subdivisi. VAS merupakan satu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. VAS dapat merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitive karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.
d) Kualitas
Karakteristik subjektif nyeri yang lain adalah kualitas nyeri itu sendiri. Karena tidak terdapat perbendaharaan kata nyeri yang khusus atau umum, dalam penggunaan yang umum, kata-kata seorang klien pilih atau mendeskripsikan nyeri dapat diterapkan pada suatu hal dengan jumlah berapapun.
Karakteristik subjektif nyeri yang lain adalah kualitas nyeri itu sendiri. Karena tidak terdapat perbendaharaan kata nyeri yang khusus atau umum, dalam penggunaan yang umum, kata-kata seorang klien pilih atau mendeskripsikan nyeri dapat diterapkan pada suatu hal dengan jumlah berapapun.
e) Pola
Nyeri
Perawat meminta klien untuk mendeskripsikan aktivitas yang menyebabkan nyeri, seperti gerakan fisik, meminum kopi, atau urinasi. Perawat juga minta klien mendemontrasikan aktivitas yang menimbulakn respons nyeri.
Perawat meminta klien untuk mendeskripsikan aktivitas yang menyebabkan nyeri, seperti gerakan fisik, meminum kopi, atau urinasi. Perawat juga minta klien mendemontrasikan aktivitas yang menimbulakn respons nyeri.
f)
Tindakan untuk
menghilangkan nyeri
Cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri, seperti mengubah posisi, melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun-ayun,menggosok) makan, meditasi, atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres dingin atau kompres hangat.
Pengkajian atau faktor-faktor untuk menghilangkan nyeri juga harus mencangkup identifikasi para praktisi.
Cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri, seperti mengubah posisi, melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun-ayun,menggosok) makan, meditasi, atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres dingin atau kompres hangat.
Pengkajian atau faktor-faktor untuk menghilangkan nyeri juga harus mencangkup identifikasi para praktisi.
H.
Klasifikasi
Nyeri
Nyeri
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat,
sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri
berdasarkan tempatnya:
1) Pheriperal pain,
yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit, mukosa.
2) Deep pain,
yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada
organ-organ tubuh visceral.
3) Refered
pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri.
4) Central pain,
yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat, spinal cord,
batang otak, talamus, dll.
b. Nyeri
berdasarkan sifatnya:
1) Incidental pain,
yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain,
yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3) Paroxymal pain,
yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut
biasanya menetap kurang lebih 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul
lagi.
c. Nyeri
berdasarkan berat ringannya:
1) Nyeri
ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
2) Nyeri
sedang, yaitu nyeri yang menimbulakn reaksi.
3) Nyeri
berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
d. Nyeri
berdasarkan waktu lamanya serangan:
1) Nyeri akut, yaitu nyeri
yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari 6 bulan,
sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jela s. Rasa nyeri mungkin
sebagai akibat dari luka, seperti
luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
2) Nyeri kronis,
yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam
dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada
yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu
timbul kembali lagi nyeri, dan begitu
seterusnya. Ada pula
pola nyeri kronis yang konstan, artinnya rasa nyeri tersebut terus menerus
terasa makin lama semakin meningkan intensitasnya walaupun telah diberikan
pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena neoplasama.
I.
Efek
Nyeri
Ø
Efek Perilaku. Apabila seorang klien mengalami nyeri, maka perawat
mengkaji kata-kata yang diucapkan, respons vocal, gerakan wajah dan tubuh,
serta interaksi sosial. Laporan verbal tentang nyeri merupakan bagian vital
pada pengkajian. Perawat harus bersedia mendengarkan dan berusaha memahami
klien. Banyak klien yang tidak mampu mengungkapkan secara verbal mengenai
ketidaknyamanan, hal ini dikarenakan mereka tidak mampu berkomunikasi. Seorang
bayi atau klien yang tidak sadar, disorientasi atau bingung, afasia, atau yang
berbicara dengan bahasa asing tidak mampu menjelaskan nyeri yang dialaminya.
Dalam kasus ini sangatlah penting bagi perawat untuk bersikap waspada terhadap
perilaku klien yang mengindikasikan nyeri. Merintih, mendengkur, dan menangis
merupakan contoh vokalisasi yang digunakan untuk mengekspresikan nyeri.
Ø
Pengaruh pada aktivitas sehari-hari. Klien yang mengalami nyeri setiap hari
kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin. Pengkajian pada perubahan
ini menunujukkan sejauh mana kemampuan dan proses penyesuaian klien diperlukan
untuk membantunya berpartisipasi dalam perawatan diri. Perawat menanyakan klien
apakah nyeri mengganggu tidurnya, Klien mungkin menemukan kesulitan untuk dapat
jatuh tertidur. Pil tidur atau obat-obatan lain mungkin diperlukan untuk
membantu klien untuk dapat jatuh tertidur. Pil tidur atau obat-obatan lain
mungkin diperlukan untuk membantu klien untuk dapat jatuh tertidur. Nyeri dapat
membangunkan klien selama malam hari dan membuat klien sulit kembali tidur.
Apabila klien yang menderita kanker mengkonsumsi opioid untuk mengontrol nyeri,
obat-obatan tersebut seringkali menyebabkan gangguan tidur.
J.
Penanganan
Nyeri
a)
Distraksi, Mengalihkan klien dari nyeri. Teknik distraksi yang dapat
dilakukan diantaranya adalah :
ü
Bernafas lambat dan berirama secara teratur
ü
Menyanyikan berirama dan menghitung ketukannya
ü
Mendengarkan music
ü
Mendorong untuk berkhayal
ü
Pijatan
b)
Teknik Relaksasi, Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam
posisi berbaring atau duduk dikursi. Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah
satunya adalah relaksasi autogenik.
K.
Pengontrolan
Nyeri
L.
Tanda
dan Gejala Nyeri (fisik)
Respon fisiologis
terhadap nyeri dapat menunjukkan keberadaan dan sifat nyeri dan ancaman yang
potensial terhadap kesejahteraan klien. Apabila klien merasakan nyeri, perawat
harus mengkaji tanda-tanda vital, melakukan pemeriksaan fisik terfokus, dan
mengobservasi keterlibatan sistem saraf otonom.
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak
mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan.
Tidak ada suatu tingkatan atau ekstensi perubahan yang
dapat diperkirakan dalam kondisi klien yang mengindikasikan nyeri. Saat awitan
nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan meningkat.
Perawat membandingkan tanda-tanda vital dengan nilai dasar yang tercatat
sebelum awitan nyeri. Perubahan tanda-tanda vital merupakan hal yang bermakna,
tetapi perawat harus mempertimbangkan semua tanda dan gejala sebelum menetapkan
bahwa nyeri merupakan penyebab perubahan tersebut.
M.
Gejala
Penyerta Nyeri
Gejala
penyerta adalah gejala yang seringkali menyertai nyeri (misalnya mual, nyeri
kepala, pusing, keinginan untuk miksi, konstipasi dan gelisah). Gejala penyerta
memerlukan prioritas menanganan yang sama penting dengan nyeri itu sendiri.
N.
Lokasi
Nyeri
Untuk
mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukkan semua daerah
yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan lebih spesifik,
perawat kemudian meminta klien melacak daerah nyeri dari titik yang paling
nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difus, meliputi beberapa
tempat, atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
Dalam
mencatat lokasi nyeri, perawat menggunakan titik-titik penanda anatomic dan
peristilahan yang deskriptif. Pernyataan “Nyeri terdapat dikuadran abdomen
kanan atas,” adalah pernyataan yang lebih spesifik dibanding “Klien menyatakan
bahwa nyeri terasa di abdomen .” Nyeri yang diklasifikasi menurut lokasi,
mungkin superficial atau kutaneus, dalam atau visceral, atau teralih atau
meradiasi.
O.
Indikator Nyeri
Haryword (1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri
dengan skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0
(untuk keadaan tanpa nyeri)dan ujung lainnya tercantum nilai 10 (untuk kondisi
nyeri paling hebat).Untuk mengukurnya,penderita mmilih salah satu bilangan yang
menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia
rasakan,dan nilai ini dapat di catat pada sebuah grafik yang di buatmenurut
waktu.Intensitas nyeri ini sifatnya subyektif dan dipengaruhi oleh banyak
hal,seperti tingkat kesadaran,kosentrasi,jumlah distraksi,tingkat aktifitas,dan
harapan keluarga.
Skala
|
Keterangan
|
0
|
Tidak nyeri
|
1
- 3
|
Nyeri ringan
|
4
- 6
|
Nyeri sedang
|
7
- 9
|
Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol dengan
aktivitas yang biasa dilakukan
|
10
|
Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
|
2)
Pengkajian
a) Secara holistic, meliputi biologi, psikologi, sosial, cultural, dan spiritual yaitu: Data
Biologi (yang ada) :
Nama : Ibu Yeni
Umur :
27 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Denyut Nadi : 90x/ menit
Tekanan Darah :
120/80 mmHg
Frekuensi Nafas :
24 x/ menit
Suhu :
37,5O C
Nyeri di
bagian perut, pasien tersebut post op apendixitis, wajah tampak meringis
menahan nyeri sambil tangan memegang perut, pemeriksaan skala nyeri pada angka
5.
b) Masalah yang dialami klien yaitu Nyeri
Akut
c)
Mengidentifikasi
data – data normal dan patologis
Data
Normal
|
Data
Patologis
|
Keterangan
|
ü
Nadi ( 90 x/ menit )
ü
Tekanan Darah (120/ 80 mmHg)
ü
Suhu 37,50C
|
ü Frekuensi Nafas (24x/menit)
|
-
Nadi
normal 70-100x/menit
-
Tekanan
darah normal untuk usia dewasa 120/80 mmHg.
-
Untuk
normal suhu 36 - 37, 5 0C.
-
Untuk
frekuensi nafas terlalu cepat, normal 16- 20 x/ menit.
|
3)
Diagnosa
Keperawatan
No.
|
Hari/ Tgl
|
Sign &
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
Sabtu/ 09 Juni 2012
|
Data Subjektif:
§ Mengeluh
nyeri di bagian perut
§ Pemeriksaan
skala nyeri mengatakan nyeri pada angka 5
|
Agens
cedera fisik
|
Nyeri
Akut
|
Data Objektif:
§ Pasien post op apendixitis
§ Wajah
tampak meringis menahan nyeri sambil tangan memegang perut
§ Nadi:
90x /menit
§ TD:
120/80 mmHg
§ R:
24x /menit
§ Suhu:
37,50C
|
Keterangan:
P
+ E + S :
Nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera fisik ditandai dengan:
Data objektif:
Pasien
post op apendixitis, wajah tampak meringis menahan nyeri sambil tangan memegang
perut, nadi: 90x /menit, TD: 120/80 mmHg, R: 24x /menit, Suhu: 37,50C
Data Subjektif:
Mengeluh
nyeri di bagian perut, pemeriksaan skala nyeri mengatakan nyeri pada angka 5.
4)
Tujuan
Keperawatan
Tujuan
Jangka Panjang
|
Tujuan
Jangka Pendek
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama 8x24 jam diharapkan :
1.
Kontrol
nyeri, dengan kriteria:
Rasa nyeri pada klien sudah hilang, tidak meringis
dan sembuh.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama 4x24 jam
diharapkan :
1.
Kontrol nyeri, dengan kriteria:
Mengenali munculnya rasa nyeri dengan klien tidak
merasa nyeri, wajah tidak tampak meringis dan tingkatan nyeri pada angka 0.
|
5)
Tindakan
Keperawatan
Format Perencanaan Keperawatan
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
1.
|
Nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera fisik ditandai dengan:
Data objektif: Pasien post op apendixitis,
wajah tampak meringis menahan nyeri sambil tangan memegang perut, nadi: 90x
/menit, TD: 120/80 mmHg, R: 24x /menit, Suhu: 37,50C
Data Subjektif: Mengeluh nyeri di bagian perut,
pemeriksaan skala nyeri mengatakan nyeri pada angka 5.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama 4x24 jam
diharapkan :
1. Respon nyeri, dengan
kriteria:
ü
Cemas (4)
ü
Sedih (5)
ü
Tak berdaya (4)
ü
Nyeri tertahan (4)
2.
Kontrol nyeri, dengan kriteria:
ü
Mengenali munculnya rasa nyeri (5)
ü
Faktor penyebab (5)
ü
Tindakan pencegahan (5)
3.
Gangguan nyeri, dengan kriteria:
ü
Hubungan interpersonal (4)
ü
Tidur (4)
ü
Eliminasi (5)
ü
Nafsu makan (4)
4.
Tingkatan
nyeri:
ü Expresi nyeri (5)
ü Meringis (5)
ü Nafas (5)
ü Tekanan darah (5)
|
1. Pain Management
§ Lakukan pngkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
|
Supaya perawat
melakukan pengkajian lebih tepat, agar perawat
tidak salah menentukan letak nyeri , agar lebih fokus pada bagian nyeri ,
agar tahu tingkat nyeri atau skala nyeri.
|
§
Pilih
dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, interpersona)
|
Cepat dan tepat dalam mengatasi rasa nyeri.
|
|||
§
Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri.
|
Agar dapat mengurangi
nyeri pada tingkat atau skala yang nyaman, terutama lewat daya kerjanya atas
sistem saraf sentral.
|
|||
§ Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
|
Agar dapat mengatur suhu ruangan senyaman
mungkin, untuk meminimalisir rasa nyeri.
|
|||
§ Gunakan terapi musik untuk
mengurangi rasa nyeri.
|
Untuk
mengurangi persepsi pasien tentang rasa nyeri dan mengubah respon pasien
terhadap rasa sakit.
|
|||
§
Bantu
pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
|
Melakukan konseling
dukungan supaya nyeri dapat teratasi atau membantu mengantisipasi keadaan
pasien.
|
|||
§ Mempertimbangkan pengaruh budaya pada
respon nyeri.
|
Supaya mengetahui
kebiasaan kehidupan sehari-hari pasien.
|
|||
§
Mempertimbangkan jenis dan sumber rasa sakit
ketika memilih strategi nyeri.
|
Supaya tidak salah dalam menentukan
strategi untuk mengatasi nyeri.
|
|||
§
Memberitahu
istirahat yang cukup / tidur untuk bantuan fasilitator sakit.
|
Supaya energi tercukupi
dan mengurangi tingkat rasa nyeri.
|
|||
§
Kolaborasi
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
|
Supaya nyeri yang timbul tiba- tiba bisa teratasi dengan cepat dan tepat.
|
6)
Implementasi Tindakan
Keperawatan dan Evaluasi
Format Implementasi
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Hari/Tgl
|
Waktu
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
1.
|
Nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera fisik ditandai dengan:
Data objektif: Pasien post op apendixitis,
wajah tampak meringis menahan nyeri sambil tangan memegang perut, nadi: 90x
/menit, TD: 120/80 mmHg, R: 24x /menit, Suhu: 37,50C
Data Subjektif: Mengeluh nyeri di bagian perut,
pemeriksaan skala nyeri mengatakan nyeri pada angka 5.
|
Sabtu / 09 Juni 2012
|
14.00
|
Melakukan pngkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
|
S = Pasien mengatakan nyeri pada angka 2.
|
|
15.00
|
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri (aspirin, opioid, paracetamol)
|
O =
Nyeri pasien pada angka 2,
N : 93x/m, TD : 120/80 mmHg, T :37,5oC, F : 21x/m.
|
||||
15.30
|
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan (membuka jendela, menutup pintu dan tirai, lampu
yang terang dan AC sedang)
|
A: Defisit asuhan keperawatan
terpenuhi sebagian :
Nyeri pada angka 2, Nadi normal 120/80 mmHg, Suhu 37,50C.
|
||||
16.00
|
Gunakan terapi
musik untuk mengurangi
rasa nyeri(menoton TV, mendengarkan music lewat headsheat)
|
|||||
17.00
|
Kolaborasi
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
|
|||||
18.00
|
Mempertimbangkan pengaruh budaya pada
respon nyeri (kebiasaan klien sepeti memberi pijitan, minyak kayu putih dan
sejenisnya)
|
|||||
19.00
|
Bantu
pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
|
|||||
20.00
|
Memberitahu
istirahat yang cukup / tidur untuk bantuan
fasilitator sakit(dengan tidur yang cukup)
|
|||||
P =
v Lakukan
pngkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi ,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
v Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri.
v Gunakan
terapi musik untuk mengurangi
rasa nyeri.
v Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kenyamanan
merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup,
terutama manusia. Rasa yang tidak nyaman akan menimbulkan rasa cemas, gelisah
dan tidak tenang. Ketika sakit, seorang klien sangat membutuhkan rasa
kenyamanan.
Nyeri
bersifat sujektif dan sangat individual. Rasa nyeri timbul karena faktor fisiologi
dari tubuh yang terganggu. Seseorang yang mengalami nyeri sikap dan sifat akan
berubah akibat rasa yang sedang dirasakan. Oleh karena itu, klien yang sedang
mengalami rasa nyeri, apalagi nyeri yang sudah level tinggi, klien sangat
membutuhkan kenyamanan untuk kesembuhan atau hilangnya rasa nyeri tersebut.
- Kritik dan Saran
Pencapaian-pencapaian yang telah kami capai tersebut bukanlah akhir dari aktivitas pengembangan pengetahuan dalam belajar.
Beberapa pencapaian masih diadopsi secara terbatas, oleh karena
itu kami selaku penyusun masih banyak kekurangan dari segi pembahasan, penyusunan
dan pencapaian. Untuk itu kami
meminta bantuan kelengkapan dari makalah yang kami susun, terutama dari pembimbing
dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Potter
& Perry. (2005). Fundamental
Keperawatan. 6th .edition
Nanda
Diagnosis
Nursing
Intervention Classification
Wilkinson
(2000). prentice Hall Nursing diahnosis Handbook with NIC intervention and NOC
outcomes.
Tarwoto dan Wartonah, Kebutuhan dasar Manusia dan Proses
Keperawatan,Jakarta: Salemba Medika, Edisi Empat.
Asmadi (2008), Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien:
Jakarta, Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar